JAKARTA. Tekanan terhadap perekonomian dunia semakin besar seiring dengan sumber-sumber risiko dan ketidakpastian yang bertambah. Kondisi ini menjadi alarm bagi pemerintah untuk mengantisipasi dampaknya terhadap perekonomian dalam negeri dan kinerja APBN 2019.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China sejak Juli lalu menjadi sumber utama peningkatan risiko global.
Selain itu, tensi politik antara Jepang dan Korea, situasi politik Argentina serta Hongkong, serta kekhawatiran resesi AS turut menambah tekanan.
“Kondisi ekonomi dunia confirmed melemah dan risikonya makin meningkat. Sumber risiko perekonomian global yang makin meluas terlihat dari ketidakpastian pengambilan kebijakan ekonomi secara global,” tutur Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTa, Senin (26/8).
Hal ini, menurutnya, terlihat dari Uncertainty Economic Index yang menujukkan peningkatan, meski kenaikan volatilitas pada sektor keuangan masih cukup moderat. Indeks manufaktur global juga turun ke bawah level 50 pada Juli lalu yang mengindikasikan aktivitas riil perekonomian dunia melemah.
Tambah lagi, seluruh ketidakpastian ini turut menekan harga komoditas yang konsisten melemah, terutama pada harga logam, minyak mentah, dan batu bara. “Ini semua indikator yang kita harus waspadai karena memang pasti akan pengaruhi kondisi kita di dalam negeri,” pungkasnya.
Terbukti, tekanan pada aktivitas ekonomi riil terjadi juga di domestik. Tecermin dari penerimaan perpajakan yang hingga Juli hanya tumbuh 3,9% dibandingkan periode sama tahun lalu yang tumbuh 14,6%.
Adapun, penerimaan perpajakan sampai dengan Juli baru mencapai Rp 810,7 triliun atau hanya memenuhi 45,4% dari target pemerintah yaitu Rp 1.786,4 triliun dalam APBN 2019.
Reporter: Grace Olivia
Editor: Noverius Laoli
Ingin rumah anda bersih maksimal tanpa mengeluarkan tenaga? segera hubungi jasa bersih rumah jogja untuk solusi terbaik